top of page

Australia-Indonesia Museums (AIM) Project Returns in 2024!

Gambar penulisSEAMS

Workshop Signifikansi Diadakan untuk Museum dari Aceh, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara

Sebagai bagian dari Australia-Indonesia Museums (AIM) Project, sebuah workshop daring tentang pendekatan signifikansi di museum diadakan pada 31 Maret 2022. Workshop ini mempertemukan dua puluh (20) peserta dari tiga belas (13) museum di Aceh, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara. Workshop daring ini diselenggarakan oleh Museum Aceh.


Andrew Henderson dari SEAMS mempresentasikan Significance 2.0: A Guide to Assessing the Significance of Cultural Heritage Objects and Collections. Nusi Lisabilla Estudiantin dari Museum Nasional Indonesia (MNI) mempresentasikan studi kasus tentang penggunaan pendekatan signifikansi pada koleksi gelang Aceh di MNI. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia mendukung persiapan dan pelaksanaan acara ini.


Workshop ini mencakup komponen kerja kelompok di mana peserta menerapkan metode signifikansi langsung pada lima benda dari koleksi Museum Aceh, dan kemudian mempresentasikan hasil penilaian mereka pada sesi akhir pelatihan.

Benda-benda yang dipelajari meliputi:


  • Rencong Meupucok: jenis pedang tradisional Aceh, Rencong, dengan pegangan yang biasanya dihiasi ujung emas.

  • Lonceng Cakra Donya: lonceng dari kapal perang Sultan Iskandar Muda bernama "Cakra Donya," hadiah dari Laksamana Cheng Ho saat berkunjung ke nusantara pada tahun 1414 M.

  • Hiasan Piring Emas Makam Sultan Iskandar Thani: lempengan emas berbentuk bunga dan daun sebagai hiasan peti Sultan Iskandar Thani, ditemukan oleh tim pusat penelitian arkeologi nasional pada tahun 1977 di Kandang Gunongan, Banda Aceh.

  • Kupiah Meukeutob: kupiah tradisional Aceh yang dahulu hanya dikenakan oleh raja atau kepala adat, namun kini umum dipakai oleh pria Aceh dalam acara tradisional.

  • Rumoh Aceh: rumah tradisional Aceh yang dibangun oleh F.W. Stemmeshaus pada tahun 1914 untuk mengikuti festival kolonial (De colonialle teenstooling) di Semarang, kemudian dipindahkan ke Aceh dan menjadi bangunan pertama Museum Aceh.




AIM Project didanai oleh hibah dari Australia-Indonesia Institute di bawah Department of Foreign Affairs and Trade (DFAT) serta Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia. #aimproject #australia# indonesia #museumworkshops

1 tampilan0 komentar

Comments


bottom of page