Jakarta, 7-8 Agustus 2024 - Sebagai bagian dari Australia-Indonesia Museum (AIM) Project, pelatihan tentang metode Significance 2.0 baru-baru ini diadakan di Ruang Penyimpanan Koleksi Museum Nasional Indonesia pada 7-8 Agustus 2024. Lokakarya ini mempertemukan 20 peserta dari museum yang dikelola oleh Indonesian Heritage Agency (IHA), di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).
Pelatihan ini diselenggarakan bekerja sama dengan Deakin University (Australia), Western Australian Museum (WAM), dan Southeast Asia Museum Services (SEAMS). Peserta diperkenalkan dengan pendekatan Significance 2.0, yang membantu menilai nilai dan makna objek museum. Mereka terlibat dalam sesi praktik untuk menerapkan metodologi ini pada objek dari koleksi Museum Nasional dan membahas cara mengadaptasi pendekatan tersebut untuk museum Indonesia. Kelompok tersebut juga menjajaki rencana pameran digital untuk memamerkan objek-objek penting.
Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok kecil dan bekerja dengan objek-objek terpilih dari koleksi Museum Nasional, yang disimpan di Ruang Penyimpanan Koleksi, TMII. Objek-objek tersebut meliputi amulet, perahu Londe, tandu, dan miniatur perahu arwah dari Kepulauan Kei di Maluku. Sesi lokakarya meliputi presentasi teori dan kegiatan praktik, yang memungkinkan peserta menerapkan metode Significance 2.0 pada objek museum secara langsung. Dipimpin oleh para pakar Australia, termasuk Prof. Gaye Sculthorpe dari Deakin University dan Corioli Souter dari Western Australian Museum. Lokakarya ini juga difasilitasi oleh alumni Proyek AIM Fajar Ichsan Hadianto, Nusi Lisabilla Estudiantin, Maulidha Sinta Dewi, dan Rully Handiani.
Pelatihan ini merupakan bagian dari upaya AIM Project untuk meningkatkan kolaborasi budaya antara Australia dan Indonesia, yang didukung oleh Departemen Luar Negeri dan Perdagangan (DFAT) dan Australia-Indonesia Institute (AII). Pelatihan ditutup dengan peserta yang mempresentasikan hasil kajian Signifikansi dan label objek baru. Diskusi juga diadakan mengenai langkah selanjutnya untuk pengembangan pameran digital, yang akan dibuat bekerja sama dengan Southeast Asia Museum Services (SEAMS).
Comentários